Powered By Blogger

Home

Friday, 29 July 2016

Wisata Religi di Medan: Muslim, Kristen, Budha, Hindu, Lengkap

Batak, Kristen, dan Danau Toba. Tiga hal itu yang pasti terbayang ketika menyebut kota Medan maupun Propinsi Sumatra Utara.

Saat menginjakkan kaki di Kota Medan, bayangan itu tak sepenuhnya benar. Kota berpenduduk mayoritas Melayu muslim ini memiliki sejarah yang cukup panjang menapaki jejak-jejak kemajemukan agama di tanah Melayu Deli.

Bukti kemajemukan keyakinan masyarakat Sumatra Utara dapat disaksikan melalui sejumlah arsitektur bangunan yang berdiri megah. Rumah ibadah yang telah berdiri sejak ratusan tahun, hingga dalam dekade akhir 2000-an.

Menelusuri jejak religi di Sumatra Utara, bemula dari jantung Kota Medan, tepatnya di Masjid Raya Al Mashun atau sohor dengan sebutan Masjid Raya Medan.

Masjid bergaya arsitektur Timur Tengah, India, dan Spanyol ini selesai dibangun pada 1909. Keberadaan masjid bersegi delapan tersebut tak bisa dipisahkan dari Istana Maimun Kesultanan Deli.

Sultam Ma'mun Al Rasyid Perkasa Alam, pemimpin Kesultanan Deli sebagai pemrakarsa pembangunan masjid tersebut. JA Tingdeman, arsitek asal Belanda, merancang masjid dengan denah simetris segi delapan dalam corak campuran Maroko, eropa, Melayu dan Timur Tengah.

Masjid yang hingga saat ini masih digunakan sebagai masjid Istana Maimun tersebut, menjadi saksi keindahan perpaduan arsitektur berbagai budaya. Berbagai kegiatan juga masih dilakukan di rumah ibadah ini.

Saat Ramadhan tiba, di Masjid ini juga ada kuliner yang hanya dihidangkan menjelang buka puasa. Ya, bubur pedas khas Masjid Raya Medan, selalu laris manis saat bulan puasa.
 
Gereja Katolik Velangkani
Masih di Kota Medan, jejak religius berikutnya yang tidak boleh terlewatkan adalah Gereja Katolik Velangkani. Rumah ibadah umat Katolik ini tampak sangat berbeda bila dibandingkan dengan gereja-gereja lainnya.
Gereja Graha Maria Annai Velangkani atau sohor disebut Gereja Velangkani ini tak ubahnya sebuah potret multikultural di Indonesia.

Betapa tidak, siapapun yang baru pertama melihat bangunan ini akan menyangka sebagai kuil tempat beribadah umat Hindu. Bangunan yang memiliki arsitektur unik ini berada di Kota Medan, Sumatra Utara.

Bangunan ini awalnya dibangun oleh pendatang dari Tamil, India selatan yang menganut agama Katolik. Sebuah bangunan di Medan yang dijadikan tempat beribadah bagi umat Katolik sekaligus objek wisata.

Lokasi tepat gereja unik ini di Taman Sakura Indah, Jalan Sakura III Nomor 10, Tanjung Selamat, Medan. Tidak jauh dari Pasar Melati, pasar pakaian bekas impor terbesar di Sumut.

Gereja ini digagas oleh Pastor James Bharata Putra SJ dan diresmikan oleh Uskup Medan, Mgr. Pius Batubara. Tempat ini dibangun sejak 2001 dan selesai pembangunan pada 2005 lalu.

Bangunan utama gereja berbentuk menara yang terdiri dari dua lantai. Lantai dasar dijadikan aula dan lantai atas dipakai sebagai ruang ibadah serta terdapat patung Annai Velangkanni dan puteranya yang didatangkan langsung dari India.

Kubah gereja berjumlah tiga melambangkan konsep ketuhanan Trinitas dalam agama Katolik yaitu Allah, Yesus dan Roh Kudus. Menara yang terdiri dari tujuh jenjang melambangkan tujuh tingkatan surga.

Gereja ini dilengkapi dengan kapel untuk berdoa kepada Maria, kapel untuk mengenang Paus Yohannes Paulus II, serta asrama untuk umat Katolik yang ingin menginap di dekat gereja. Gereja ini terbuka untuk semua umat Katolik, bukan hanya untuk bangsa Tamil saja.

Gereja ini memberikan pengabdiannya kepada Bunda Maria yang telah lama menampakkan dirinya di pesisir desa Velangkanni, Tami Nadu, India sekitar abad 17.

Nama Annai Velangkani diambil dari bahasa India. Annai yang berarti bunda dan Velangkanni adalah desa di mana Bunda Maria menampakkan diri.

Penampakan ini menjadi latar belakang dibangunnya gereja Katolik berarsitektur Mogul, ciri khas kuil-kuil di India.

Saat masuk ke dalam gereja, pengunjung akan terkesima dengan arsitektur yang dibuat begitu indahnya, gambar-gambar dan lukisan berwarna-warni yang memberikan kesan indah dan damai.

Pada dinding-dinding gereja, terdapat relief-relief yang menceritakan peristiwa penyaliban Yesus Kristus. Ada juga tempat di dekat gereja yang disediakan untuk bermain anak-anak. Area parkirnya pun luas dan bersih, sehingga terkesan nyaman.

Multikultural Gereja Annai Velangkanni mulai dapat terlihat melalui struktur bangunannya  yang banyak terdapat tanda-tanda atau simbol-simbol yang beragam. Tidak hanya dari Batak Toba, tetapi juga Karo yang dapat dilihat di pintu masuk Gereja Annai Velangkanni tersebut.

Pintu gerbang masuk dihiasi miniatur rumah adat Batak Toba dan Karo menandakan tidak ada perbedaan suku, bangsa, bahasa, dan kepercayaan di sini melainkan menciptakan Multikultural .

Pada tiang sebelah kanan gapura terdapat ukiran seorang wanita India sedang menari, dan di sebalah kiri seorang pria etnis China sedang memberikan salam. Di sepanjang tembok gerbang juga ada sukiran patung mewakili suku di Indonesia.

Setelah menikmati keindahan Gereja Velangkani, jejak religi berikutnya akan membawa wisatawan serasa berada di Thailand atau Burma. Mengapa demikian?
 
International Buddhist Center Lumbini
Lokasi wisata religi yang mirip dengan Burma dan Thailand ini berada di Berastagi, Kabupaten Tanahkaro, Sumut. International Buddhist Center Taman Alam Lumbini Berastagi, adalah rumah ibadah yang sungguh menawan untuk dikunjungi tersebut.

Taman Alam Lumbini, Berastagi merupakan kompleks taman alam yang didalamnya terdapat sebuah kuil Buddha yang sangat megah.

Kuil ataupun Pagoda ini merupakan replika dari Pagoda Shwedagon yang ada di Burma (Myanmar). Warnanya yang kuning keemasan membuat pagoda ini tampak berdiri kokoh dan megah diantara pepohonan yang rindang.

Selain bangunan pagoda yang mengah, komplek seluas sekitar 3 hetar ini juga terhampar taman yang indah dengan mengikuti kontur alam yang curam yang menambah pesona dan keunikannya.

Replika Pagoda Shwedagon di Taman Alam Lumbini, ini merupakan replika tertinggi kedua yang pernah ada atara replika sejenis yang ada di luar Burma dan merupakan tertinggi di Indonesia sehingga meraih rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) dengan kategori Tertinggi di Indonesia dan merupakan rekor pertama yang tercatat di Indonesia.
 
Vihara Adhi Meitreya
Usai berkunjung ke Lumbini, rute berikutnya adalah Maha Vihara Adhi Maitreya. Vihara ini adalah salah satu vihara terbesar di Indonesia. Kawasannya yang indah, kolam ikan koi, dan taman burung membuat siapa saja betah berlama-lama di sana.

Maha Vihara Maitreya memiliki lahan seluas 4,5 hektar. Vihara ini dibangun pada tahun 1991, di dalam kompleks Perumahan Cemara Asri, Jl Boulevard Utara, Medan. Sesuai dengan namanya, Maitreya, Vihara ini memang sangat kental dengan ajaran Buddha Maitreya yang mengajarkan cinta kasih semesta.
Jika masuk ke bagian dalam, pengunjung bisa melihat interior sederhana yang menghiasi. Suasana yang tenang dan sunyi juga terasa di sana, menambah khusyuk peribadatan.

Bagi yang senang binatang, di vihara ada kolam ikan koi dan taman burung. Ikan koi yang cukup besar berenang dengan lincahnya di kolam, sisi sebelah kiri Vihara.

Tak hanya masyarakat Tionghoa, di Medan juga banyak populasi warga keturunan India. Sehingga, tepat di Kampung Madras Kota Medan terdapat sebuah kuil Hindu tertua.
 
Kuil Shri Mariamman
Kuil Shri Mariamman dibangun pada 1884 untuk memuja dewi Kali. Kuil ini terletak di daerah yang dulu lebih terkenal dengan sebutan Kampung Keling.

Lima Dewa yang terdiri dari Dewa Siwa, Wisnum Ganesha, Dewi Durga atau Kali, dan Dewi Aman, menjadi dewa-dewa yang ada di Kuil ini. Pintu gerbang berhias gopuram, yakni menara bertingkat yang biasanya dapat ditemukan di pintu gerbang kuil-kuil Hindu dari India Selatan.

Terakhir, lokasi yang patut didatangi yakni Vihara Avalokitesvara di Pematang Siantar. Vihara ini menjadi istimewa karena memiliki patung Dewi Kwan Im tertinggi di Asia Tenggara.

Patung dengan tinggi 22,8 meter ini diimpor langsung dari China dan diresmikan pada 15 Nopember 2005. Patung Dewi Kwan Im di vihara ini terletak di lantai atas pada bangunan berlantai dua.

Sebelum masuk dan menaiki tangga, pengunjung akan disambut oleh dua patung yang terletak di dua sisi tangga yang merupakan patung catur mahadewa-raja, alias malaikat pencatat kebaikan dan keburukan. Keindahan patung Dewi kwan Im ini semakin cantik dengan adanya lampion-lampion menghiasi bagian depan bangunan.

Ternyata, Sumatra Utara tak sekedar Danau Toba, durian, maupun bika ambon saja. Sumatra Utara juga menyimpan keindahan multikultural serta keharmonisan agama yang patut dicontoh masyarakat.