Nah, kali ini saya bersama komunitas Medan Petualang mencoba mengeksplorasi wisata religi bagi agama Budha. Foto-foto ini rasanya seperti di Ghuangzhou China dan Burma atau Myanmar kan? Meskipun saya belum pernah pergi ke dua negara itu, tapi bisa dipastikan sangat mirip.
Padahal, foto-foto ini masih di Sumut. Tepatnya di Medan dan Berastagi, Kabupaten Tanah Karo.
Pertama, Maha Vihara Maitreya. Vihara ini adalah salah satu vihara terbesar di Indonesia. Kawasannya yang indah, kolam ikan koi, dan taman burung membuat siapa saja betah berlama-lama di sana.
Maha Vihara Maitreya memiliki lahan seluas 4,5 hektar. Vihara ini dibangun pada tahun 1991, di dalam kompleks Perumahan Cemara Asri, Jl Boulevard Utara, Medan. Sesuai dengan namanya, Maitreya, Vihara ini memang sangat kental dengan ajaran Buddha Maitreya yang mengajarkan cinta kasih semesta.
Jika masuk ke bagian dalam, pengunjung bisa melihat interior sederhana yang menghiasi. Suasana yang tenang dan sunyi juga terasa di sana, menambah khusyuk peribadatan.
Bagi yang senang binatang, di vihara ada kolam ikan koi dan taman burung. Ikan koi yang cukup besar berenang dengan lincahnya di kolam, sisi sebelah kiri Vihara.
Di Taman Burung, pengunjung dapat melihat puluhan atau bahkan ratusan burung sedang asik beristirahat. Konon, burung-burung ini adalah burung migran yang berasal dari Eropa dan Australia, dan menjadikan taman burung sebagai tempat singgah sementara.
Maha Vihara Maitreya terdiri dari 3 gedung utama. Di gedung 1, ada Baktisala Umum yang merupakan tempat pemujaan Buddha Sakyamuni, Bodhisatva Avolokitesvara, Bodhisatva Satyakalama. Daya tampung ruangan ini cukup besar, yaitu 1.500 orang.
Taman Avolokitesvara yang berada di kanan gedung memiliki sarana permainan anak, cocok untuk Anda yang datang bersama buah hati. Auditorium dengan kapasitas 130 orang juga ada di sini. Tidak sampai di situ, restoran vegetarian dan toko souvenir juga berada di gedung ini.
Pindah ke gedung 2, ada area Baktisala Maitreya dengan daya tampung 2.500 orang dan terdapat juga Baktisala Patriat Suci. Lantai ini juga dilengkapi dengan aula serbaguna yang bisa dimanfaatkan untuk ruang makan khusus resepsi.
Lanjut ke gedung tiga, ada balai pertemuan dengan daya tampung 2.000 orang. Kesamaan tiap gedung di vihara ini adalah memiliki wisma. Khusus gedung 1, wismanya dilengkapi dengan ruang perkantoran, ruang rapat, studio rekaman, dan dapur umum. Di bagian luar, Anda bisa melihat genta kebahagiaan setinggi 3,3 meter dan berat 7 ton yang diukir dengan kalimat Dharma Hati Maitreya.
Kedua, Rumah Tjong A Fie. Ketika masuk ke Kawasan Kesawan, di sebelah kanan jalan, Anda akan melihat rumah tua yang bergaya China dan didepannya terdapat gapura sebagai pintu masuknya. Ya, itu adalah Rumah Tjong A Fie, seorang pengusaha China kaya yang dulu sangat berjasa membangun kota Medan.
Rumah Tjong A Fie kini dijadikan Museum yang didalamnya banyak terekam sejarah kota Medan dan cerita sukses Tjong A Fie beserta keluarganya.
Untuk masuk kedalamnya, dikenakan biaya Rp35.000 dan Anda akan dipandu oleh guide yang tahu benar sejarah rumah Tjong A Fie tersebut. Sangat direkomendasikan buat Anda yang ingin tahu penggalan sejarah Kota Medan dan menyukai barang barang vintage, karena didalamnya anda masih bisa melihat banyak perbotan rumah yang masih tersimpan.
Rumah Tjong A Fie terbagi dalam tiga bagian, yakni ruang inti yang berada di tengah, sayap kiri dan sayap kanan. Sayap kanan sampai kini masih digunakan oleh keluarga Tjong A Fie sehingga yang dibuka untuk umum adalah bangunan utama dan sayap kiri rumah. Total ada 35 ruangan di dalam banguan seluas 4.000 meter persegi itu.
Dulu rumah sayap kanan digunakan sebagai ruangan bagi pembantu-pembantu Tjong A Fie. Adapun ruang utama digunakan Tjong A Fie dan keluarganya
Ketiga, kami mengunjungi International Buddhist Center Taman Alam Lumbini Berastagi. Taman Alam Lumbini, Berastagi adalah kompleks taman alam yang didalamnya terdapat sebuah kuil Buddha yang sangat megah.
Kuil ataupun Pagoda ini merupakan replika dari Pagoda Shwedagon yang ada di Burma(Myanmar). Warnanya yang kuning keemasan membuat pagoda ini tampak berdiri kokoh dan megah diantara pepohonan yang rindang.
Selain bangunan pagoda yang mengah, komplek seluas sekitar 3 hetar ini juga terhampar taman yang indah dengan mengikuti kontur alam yang curam yang menambah pesona dan keunikannya.
Replika Pagoda Shwedagon di Taman Alam Lumbini, Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara ini merupakan replika tertinggi kedua yang pernah ada atara replika sejenis yang ada di luar Burma dan merupakan tertinggi di Indonesia sehingga meraih rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) dengan kategori Tertinggi di Indonesia dan merupakan rekor pertama yang tercatat di Indonesia.
Bukan itu saja, TAL ini juga meraih rekor MURI dalam kategori Puja Bakti/Pemberkahan yang dihadiri oleh Anggota Sangha terbanyak pada-saat peresmiannya 30-31 Oktober 2010 silam, dimana 1.250 anggota Sangha yang hadir, terdiri dari 100 orang bhikkhu dari Indonesia, 650 dari Birma (Myanmar), 400 dari Thailand, dan dari negara-negara lainnya (dikatakan dari 20 negara Bikkhu ikut dalam acara Puja Bakti).
International Buddhist Center Taman Alam Lumbini Berastagi terletak di Desa Tongkeh, Kec. Dolat Rakyat, Kab. Karo, Sumatra Utara. Berada di sekitar Lokasi Wisata Berastagi dan berjarak sekitar 50 Km dari Kota Medan.
Untuk memasuki TAL tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis. Hanya saja, pengunjung harus menghormati tempat peribadatan ini dengan melepas alas kaki dan mengenakan pakaian yang sopan. Di sekililing TAL, terdapat taman, villa, perkebunan strowberry dan lainnya.
Kami akan mengantarkan kemanapun saat anda berkunjung ke kota medan
ReplyDelete