Powered By Blogger

Home

Saturday, 21 September 2013

Indahnya Puncak Gunung Sinabung Saat Tak Erupsi


Medan Petualang di kaki Gunung Sinabung

Letusan Gunung Sinabung yang terjadi sejak Minggu dinihari (15/9/2013) memaksa lebih dari 15.000 warga meninggalkan rumahnya untuk mengungsi.

Mereka menghindar dari amukan gunung yang berada di Kabupaten Karo, Sumatra Utara tersebut karena sempat mengeluarkan material berupa asap dan abu vulkanik. Amukan Gunung Sinabung menyebabkan Kota Wisata Berastagi memutih tertutup abu vulkanik.

Saat tak batuk-batuk, Gunung Sinabung menjadi salah satu favorit pendaki yang ingin menikmati keindahan puncak tertinggi kedua di Sumut itu. Untuk mendaki gunung dengan ketinggian 2.451 meter di atas permukaan laut (Mdpl) membutuhkan waktu sekitar 6 jam.

Gunung Sinabung menjadi satu-satunya gunung di Sumut yang berkakikan Danau. Danau Lau Kawar menjadi pos pendakian yang biasanya digunakan sebagai areal camping oleh para pendaki.

Pesona Danau Lau Kawar menawarkan keindahan indahnya alam asri dengan pepohonan hijau di tepi danau. Terdapat pondok-pondok dan dermaga di danau yang telah tertata rapi itu. Gundukan-gundukan tanah dengan rumput hijau menghampar menajadi pemandangan taman nan menawan.

Ternak kerbau milik warga setempat tegah merumput di sekitar danau menambah pemandangan pedesaan yang sangat kental. Di pos perkemahan inilah disarankan pendaki untuk beristirahat mengumpulkan energi bagi pendakian dinihari mengejar 'morning glory' sang mentari pagi.

Mengisi waktu sebelum mendaki, bisa menyalakan api unggun terutama bila mendaki bersama rekan-rekan sehobi. Membuat api unggun di pinggir danau berjarak 27 Km dari Berastagi itu akan menambah kehangatan dan kebersamaan.
Danau Lau Kawar

Tengah malam bersiap untuk pendakian. Mendaki puncak Sinabung merupakan pilihan yang tepat untuk menghilangkan kejenuhan. Sepanjang pendakian menuju puncak masih ditemukan hutan tropis yang indah alami.

Hamparan ladang penduduk yang ditumbuhi sayur, buah dan bunga-bungaan yang berwarna-warni, menjadi pemandangan yang memanjakan mata. Dalam perjalanan di hutan, juga akan merasakan bau khas daun-daun dan pepohonan yang akan ditemui didalam hutan tropis.

Kicauan burung-burung yang menggoda untuk diamati. Saat hampir mencapai puncak Sinabung, pendaki harus melalui tantangan berat jalan setapak berbatu dengan kiri-kanan jurangnya cukup curam.

Setelah sekitar 5-6 jam mendaki, tiba di puncak Sinabung akan terbayarkan rasa lelah setelah mendaki. Gunung yang memiliki lembah terukir indah dari satu punggungan ke punggungan lain, memiliki salah satu puncak yang paling menantang yakni puncak Batu Segal.

Kabarnya, nama 'Batu segal' diberikan oleh Tetua Karo disekitar kaki gunung. Puncak ini berbentuk pilar batu yang menjulang tinggi. Belum lagi pesona kawah Sinabung setia memuntahkan uap panas.

Desa di Kaki Gunung Sinabung terkeba abu vulkanik
Kawah itu bernama, Kawah Batu Sigala. Desas-desus yang beredar di masyarakat Karo, kawah itu menyimpan sejuta misteri yang tak terungkap hingga kini.

Sementara di bagian puncak cukup luas dan terjal. Di sebelah timur dari puncak terlihat keindahan Danau Toba dan Kota Medan dikejauhan. Di sebelah barat tampak keindahan Danau Lau Kawar dan hamparan rumah penduduk disekitar kaki gunung.

Dari puncak terlihat perawakan gunung Sibayak dan jejeran pengunungan Bukit barisan yang indah. Berada di puncak biasanya suhu rata-rata 15 derajat celcius.

Secara administratif Gunung Sinabung termasuk dalam Kabupaten Karo yang terletak di kecamatan Simpang empat. Gunung yang berkaki danau itu masih tergabung dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).

Hutan yang dimiliki oleh gunung Sinabung merupakan hutan lindung berupa hutan alam pengunungan yang tergabung dalam Tahura Bukit Barisan (BB). Semoga Gunung Sinabung kembali tenang dalam tidurnya agar dapat melihat indahnya puncak Sinabung.

Wednesday, 11 September 2013

Sisa Keganasan Tsunami Pada Indahnya Pantai Lampuuk Aceh


Bersihnya pasir putih Pantai Lampuuk, Aceh

Tragedi bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh dan sekitarnya pada 26 Desember 2004 menyisakan duka mendalam bagi masyarakat. Tsunami telah menggulung ibukota provinsi paling ujung barat Indonesia itu.

Keganasan tsunami juga telah menggulung pantai barat Aceh yang dikenal dengan keindahan pantai berpasir putih sepanjang Banda Aceh hingga Meulaboh. Namun, dari keganasan tsunami itu ternyata masih menyisakan banyak keindahan alam Aceh.

Salah satu pantai indah dan eksotis adalah Pantai Lampuuk yang hanya ditempuh dalam waktu sekitar 15-30 menit dari Banda Aceh. Pantai berjarak 16 kilometer dari Banda Aceh menuju Meulaboh itu sangat mempesona.

Pantai yang terdapat di Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar ini dulunya tidak begitu dikenal masyarakat. Saat bencana tsunami melanda Aceh, pantai tersebut hancur dihantam besarnya gelombang tsunami dan menjadi salah satu daerah dengan kerusakan paling parah.

Sebagian besar rumah penduduk di sekitar Pantai Lampuuk hancur lebur diterjang gelombang. Lapangan golf yang ada di sekitar pantai tak luput dari ganasnya ombak tsunami.

Kini, Pantai Lampuuk menjelma menjadi tempat wisata favorit masyarakat Banda Aceh dan sekitarnya. Setiap akhir pekan, masyarakat Banda Aceh tumpah ruah ke pantai ini.

Pesona Pantai Lampuuk terletak pada keindahan pasir putih yang sangat bersih dengan garis pantai yang cukup panjang ini sedikit menjorok ke daratan sehingga seperti lengkungan setengah lingkaran. Sejauh mata memandang hanya tampak kilauan pasir putih hingga tebing karang diujung lengkungan teluk.

Kontrasnya warna biru langit dengan gumpalan awan putih dilapisi warna hijau pohon pinus yang berbaris rapi dibibir pantai dengan pasir putih bersih tanpa sampah membuat wisatawan kagum pada lukisan Tuhan tersebut. 
Keindahan Pantai Lampuuk, Lhoknga, Aceh Besar
Air laut terjauh tampak berwarna biru tua, berangsur menjadi warna hijau tosca pada kedalaman pantai yang lebih dangkal. Kemudian warna air menjadi jernih dan putih menjadi buih ketika ombak pecah menyentuh bibir pantai yang juga berpasir putih.

Wisatawan hanya boleh berenang di batas air berwarna hijau tosca yang ditandai dengan bola-bola terapung sekitar 15 meter dari bibir pantai. Namun, bagi turis yang menyukai olahraga selancar dapat surfing di pantai berombak cukup besar ini.

Menikmati Pantai Lampuuk selain berenang dan surfing, juga bisa mengintip indahnya terumbu karang dan biota laut dengan cara snorkling. Wisatawan juga dapat menikmati keindahan pantai itu dengan teduh di pondok-pondok yang disediakan oleh masyarakat setempat.

Pondok-pondok yang berjejer disela-sela pohon pinus itu dapat digunakan secara gratis. Pengunjung hanya perlu membeli makanan atau minuman yang disediakan oleh rumah makan di sekitar pondok tersebut.

Biasanya makanan yang disediakan adalah ikan bakar lengkap dengan nasi, es kelapa muda, serta makanan dan minuman lainnya. Selain menggugah selera, ikan bakar segar itu dibanderol cukup murah dengan harga Rp40.000-Rp100.000 per ekor.

Barisan pohon pinus di Pantai Lampuuk, Aceh
Pengunjung dapat memilih sendiri ikan yang diinginkan seperti kerapu, bawal, bandeng, dan ikan lainnya tentu dengan ukuran yang berbeda-beda. Hmm.. nikmatnya menyantap ikan bakar dan menyeruput es kelapa muda di bibir pantai nan mempesona.

Wisatawan di pantai ini juga dapat ikut bersama penduduk sekitar untuk melepas tukik-tukik penyu lekang dan penyu belimbing yang telah ditangkarkan. Selain itu, wisatawan juga dapat menikmati keindahan goa yang ada di sekitar tebing ujung Pantai Lampuuk.

Tunggu dulu, masih ada keindahan lainnya yang dapat dinikmati di Pantai Lampuuk. Sunset, ya! matahari tenggelam di pantai ini jauh lebih mempesona dibandingkan dengan sunset di Pantai Kuta, Bali.

Warna jingga hingga kemerahan layaknya terpendar dijernihnya air laut Pantai Lampuuk. Bulatnya matahari terbenam terutama saat cuaca sedang cerah pasti terasa romantis serta membuat kekaguman pada keindahan alam Indonesia semakin memuncak. 

Tak perlu khawatir, untuk masuk ke Pantai Lampuuk wisatawan hanya perlu merogoh kocek Rp3.000 per orang. Di pantai ini telah tersedia fasilitas penginapan, restoran, mushala, dan arena bermain anak-anak. 

Terkait keamanan di Aceh, tak perlu takut karena Aceh sangat aman. Penduduk Aceh sangat ramah dengan budaya yang Islami. Untuk itu, wisatawan disarankan mengikuti budaya Islami tersebut. Yuk, kenali negerimu, cintai negerimu...