Berbeda dengan masyarakat kebanyakan, di Medan justru unik. Lontong
sayur di ibukota Sumatra Utara ini dinikmati pada malam hari. Masyarakat Medan
menyebutnya "Lontong Malam".
Kuliner ini sudah ada di Medan sejak lama dan telah menjadi tradisi
turun temurun. Makanan ini berbahan lontong dari beras, sayur lodeh dan tauco.
Tentu ada bahan-bahan pelengkap lain serta lauk pauk bergantung kreatifitas
penjualnya.
Bermacam-macam kuliner malam terutama lontong malam yang bisa dicicipi
di Medan. Salah satu rekomendasi banyak masyarakat setempat untuk melahap
sedapnya lontong malam adalah "Lontong Malam Makmur".
Warung makan yang sudah dikenal sejak lima tahun terakhir ini terletak
di Jalan Setiabudi Nomor 116 Kelurahan Tanjungsari. Lokasinya tak jauh dari Kampus
Universitas Sumatra Utara (USU).
Berada di pinggir jalan salah satu pusat kuliner di Medan, Lontong
Malam Makmur sangat mudah ditemukan. Buka sejak pukul 17.00 WIB hingga pukul
23.00 WIB, lontong malam milik Mulyani dan Slamet ini tak pernah sepi pengunjung
hingga ludes.
Lontong Malam Makmur memang spesial. Lontong sayur yang disiram dengan
kuah santan gurih dan panas. Dilengkapi dengan oseng-oseng bihun, serundeng
kelapa, lodeh nangka yang dimasak dengan irisan daging ayam, tauco udang basah,
tahu kering, terong hijau, tempe orek, sambal keripik singkong dan sambal
pedas.
Menikmati lontong malam juga bisa ditambah dengan lauk pauk lainnya.
Mulyani menyediakan telur bumbu bali, perkedel, ayam semur, ayam rendang, ayam
goreng, ayam sambal, daging sapi rendang, ikan lele sambal hijau, ikan gembung
sambal hijau, ati ampla sambal hijau, telur dadar rebus dan sate telur.
Perbedaan dengan lontong malam lainnya adalah Mulyani enggan memakai
penyedap rasa. Dia hanya mengandalkan bahan-bahan alami untuk semua masakannya.
Menurutnya, bumbu penyedap justru membuat masakan tidak enak.
Tidak hanya lontong malam, bagi yang tidak menyukai lontong, Mulyani
juga menyediakan menu-menu pilihan lainnya seperti nasi gurih, nasi liwet dan
nasi putih. Rasanya tak kalah maknyus dari lontong malam.
"Memang yang paling favorit itu lontong malam. Dalam sehari saya
membuat lontong sampai 8 kilogram beras dan nasi-nasi lain sampai 20 kilogram.
Total rata-rata sehari bisa sampai 30 kilogram beras," ungkapnya.
Ibu berusia 50 tahun ini mengaku membuka warung Lontong Malam Makmur
sejak 2008. Dari ide kreatifnya sendiri yang ingin membantu suami untuk
memperoleh pendapatan lain. Hobinya memasak akhirnya disalurkan dengan membuat
usaha warung makan yang dibantu oleh keempat anaknya.
Saat ini, dari jerih payahnya membuka usaha warung lontong malam
tersebut dia bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga memperoleh gelar sarjana.
Bahkan, Mulyani dan Slamet telah berhaji ke Makkah dari penghasilan warungnya.
Untuk menikmati menu-menu yang 'nendang' di Lontong Malam Makmur hanya
perlu merogoh kocek Rp8.000 hingga Rp15.000 per porsinya. Minuman yang
disediakan juga masih tergolong murah mulai dari es teh manis atau orang Medan
menyebutnya teh manis dingin Rp3.000 hingga jus buah Rp4.000.
Lontong Malam Makmur libur sebulan sekali yakni setiap awal bulan pada hari Senin pertama. Namun, hari libur bergantung kemauan para karyawan dan anak-anak Mulyani yang menentukannya.
Selain di Lontong Malam Makmur, ada juga lontong malam yang
direkomendasikan untuk dicicipi. Lontong Malam Hajah Hajrah nama warungnya.
Warung kaki lima yang terletak di simpang jalan Karantina tepat di
samping kuburan tak jauh dari Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (UMSU) ini
juga ramai dikunjungi pembeli.
Mengandalkan rasa gurih dan manis serta tentunya pedas seperti ciri
khas kuliner Medan lainnya. Perbedaannya hanya pada tambahan sambal teri kacang
dan lauk pelengkapnya.
No comments:
Post a Comment