"Belum terpikir oleh saya, jika BPK tanpa beliau. Karena peristiwa ini sangat mendadak."
Senin, 20 Juni 2011, 16:30 WIB
Hadi Suprapto, Sukirno
VIVAnews - Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Herman Widyananda, dikenal sebagai akademisi dan politikus. Laki-laki yang tutup usia pukul 06.30 WIB, Senin 20 Juni 2011 ini, mengawali karier sebagai dosen arsitektur di Universitas Tarumanegara dan Institut Sains dan Teknologi Nasional (STTN). Dia juga pernah mengajar di Universitas Trisakti dan di Universitas Pancasila.
Sementara itu, karier politiknya dimulai pada 1993 sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Komisi Keuangan dan Perbankan. "Beliau sempat menjadi inisiator hak angket dan pimpinan Pansus Kasus Bank Bali 1998," kata Ketua BPK, Hadi Purnomo, saat upacara penghormatan terakhir Herman di kantor BPK, Jakarta, Senin 20 Juni 2011.
Kemudian, pada 2003-2007, dia kembali menjadi anggota DPR di Komisi Keuangan dan Perbankan. Selain itu, dia pernah menjadi sekretaris Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan dan Perbankan Fraksi Partai Golkar DPR dan ketua Pansus Paket Undang-undang Perpajakan.
Hadi menjelaskan, karier Herman di BPK dimulai dengan menjabat sebagai anggota pada 2007-2009. Jasa Herman di BPK antara lain mendorong dan mengawal pelaksanaan reformasi birokrasi, sehingga BPK memperoleh banyak kemajuan, baik bidang pemeriksaan maupun kelembagaan.
"Belum terpikir oleh saya, jika BPK tanpa beliau. Karena peristiwa ini sangat mendadak," ujar Hadi.
Herman lahir di Bangkalan, 28 Mei 1960. Dia meninggalkan seorang istri bernama Susi Satriana dan tiga anak, yaitu Diani Nabila Widyaputri, Ahmad Alfi Nur Widyaputra, dan Ahmad Antan Nur Widyaputra.
Sekitar pukul 14.30 WIB, jenazah disemayamkan di auditorium BPK untuk dilakukan upacara penghormatan terakhir yang dipimpin oleh Ketua BPK, Hadi Purnomo. Selanjutnya, jenazah dibawa ke TPU Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat, untuk dimakamkan. (art)
• VIVAnews
No comments:
Post a Comment