Asumsi ini lebih rendah dari APBN-P 2011 yang ditetapkan Rp8.800-9.000 per dolar AS.
Kamis, 9 Juni 2011, 11:00 WIB
Hadi Suprapto, Sukirno
VIVAnews - Pemerintah mengusulkan asumsi nilai tukar rupiah tahun depan pada kisaran Rp9.000-9.300 per dolar Amerika Serikat. Nilai tukar ini lebih rendah dibandingkan asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2011, yang dipatok Rp8.800-9.000 per dolar AS.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, pulihnya perekonomian dunia diperkirakan menurunkan arus modal asing di pasar domestik. "Sehingga nilai tukar rupiah berpotensi sedikit melemah," kata dia saat rapat kerja dengan Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat.
Sementara itu, jika melihat posisi nilai tukar rupiah saat ini, yaitu Rp8.550 per dolar AS, Bank Indonesia memprediksi nilai tukar rupiah tahun depan pada kisaran Rp8.600-9.100 per dolar AS.
Gubernur BI Darmin Nasution mengatakan, nilai tukar pada tahun depan diperkirakan sedikit melemah karena surplus neraca pembayaran diperkirakan kecil. "Ini didorong oleh capital inflow yang lambat," kata Darmin di DPR.
Tahun ini, realisasi nilai tukar rupiah diperkirakan berada pada kisaran Rp8.500-9.000 per dolar AS. Serta nilai tukar rata-rata hingga Mei Rp8.778 per dolar AS.
Meski nilai tukar rupiah cenderung melemah, pemerintah memperlihatkan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi 2012. Jika pada tahun ini pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,5 persen, pada tahun depan pemerintah menaikkan menjadi 6,5-6,9 persen. "Kami lihatnya angka ini masih bisa dicapai," katanya.
Menurut Agus, momentum pertumbuhan ekonomi pada tahun depan masih bagus, namun tetap di antara 6,5-6,9 persen.
Usulan pemerintah --yang bila diteken DPR akan dilaporkan Presiden pada Agustus ini--, kata Agus, mematok tingkat pengangguran pada 2012 diperkirakan 6,4-6,6 persen. Sementara itu, angka kemiskinan turun menjadi 10,5-11,5 persen pada tahun depan. Pemerintah juga menargetkan laju inflasi tahun depan 3,5-5,5 persen.
Berikut usulan asumsi makro 2012
Pertumbuhan ekonomi : 6,5 - 6,9 persen
Inflasi : 3,5 - 5,5 persen
Kurs : Rp9.000-9.300 per dolar AS
Harga minyak Indonesia : US$75-95 per barel
Lifting minyak : 950 - 970 ribu barel per hari
(art)
• VIVAnews
No comments:
Post a Comment