Pembangunan infrastruktur di Indonesia sudah masuk level mengkhawatirkan.
Kamis, 21 Juli 2011, 08:35 WIB
Antique, Sukirno
VIVAnews - Pembangunan infrastruktur di Indonesia sudah masuk level mengkhawatirkan jika tidak ingin dikatakan macet. Sebab, selama ini infrastruktur hanya dibangun dengan konsep tambal sulam semata, bukan ditentukan aspek perencanaan jangka panjang sehingga perlu sebuah terobosan pembangunan.
"Harus ada strategi loncatan pembangunan, terlalu gawat situasinya," kata Sekjen Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Heru Dewanto, kepada VIVAnews.com usai Pembukaan Rapat Pimpinan Nasional PII, di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu.
Pembangunan Infrastruktur seperti saat ini, lanjut Heru, sudah mengancam daya saing nasional, kebutuhan masyarakat, dan lebih jauh mengancam keberlangsungan bangsa dan negara jika tidak dilakukan terobosan atau sebuah loncatan.
"Kami mendorong pemerintah menata ulang strategi pembangunan nasional, menyempurnakan indikator perkembangan nasional, dan memantapkan strategi pembangunan infrastruktur, energi, dan pangan," kata Heru.
Heru mencontohkan, kebutuhan listrik misalnya, saat ini Indonesia membutuhkan listrik sebanyak 30 ribu megawatt (MW), sedangkan 10 tahun mendatang, Indonesia membutuhkan 57 ribu MW. Sementara itu, pemerintah hanya menambah 20 ribu MW untuk proyek 10 tahun mendatang sehingga yang terjadi adalah hanya cukup saja. "Belum lagi, jika dikurangi potensi gagal proyek maka itu tidak akan mencukupi," tuturnya.
Ini, kata dia, menghambat industri dan investasi. Sebab, jaminan energi dari pemerintah hanya 50 ribu MW.
Selain itu, Heru juga mencontohkan, pembangunan jalan tol dapat membuat loncatan infrastruktur. Namun, hendaknya pemerintah segera menyelesaikan aturan-aturan terkait pembebasan lahan agar tidak menghambat pembangunan infrastruktur.
Sementara itu, tidak berbeda dengan Sekjen PII, Ketua Umum PII, Muhammad Said Dudu mengatakan bahwa hampir seluruh pembangunan infrastruktur didasarkan pada kebutuhan jangka pendek saja. Artinya, aspek non teknis lebih dominan dibanding aspek teknis.
"Kami mengajak seluruh insinyur ikut bergabung membangun dan meningkatkan kompetensi profesi untuk menciptakan nilai tambah dan meningkatkan daya saing kita di kancah internasional," kata dia.
• VIVAnews
No comments:
Post a Comment