"Potensinya besar, 92 persen pengakses internet di bawah usia 35 tahun."
Jum'at, 15 Juli 2011, 05:31 WIB
Muhammad Firman, Sukirno
VIVAnews - Potensi Bisnis Online di Indonesia masih belum tergarap maksimal baik melalui situs jejaring sosial, portal, maupun situs jual beli di dunia maya. Padahal, Indonesia mempunyai modal yang sangat besar, yaitu pengguna Facebook terbesar kedua di dunia, pengakses Twitter ketiga terbesar di dunia, dengan usia pengakses internet itu 92 persen di bawah 35 tahun.
"Potensinya besar, 92 persen pengakses internet di bawah usia 35 tahun. Artinya pengakses yang aktif, muda, dan vokal," kata Ken Dean Lawadinata, Chief Executive Officer Kaskus Networks, dalam presentasinya pada Konferensi IDBYTE 2011, di Ballroom Hotel Ritzcarlton, Jakarta, Kamis, 14 Juli 2011.
Saat ini, lanjut Ken, tren di Internet yang dapat mempengaruhi dunia nyata dapat dikelompokkan kedalam beberapa kategori. Misalnya, online community management, contohnya koin kepedulian Prita, Indonesia Unite, Bike to Work dan Kaskus Community. Kemudian, tren Internet juga dapat dikategorikan misalnya dalam tech startup, youth, woman and rural, mobile, dan terakhir adalah e-commerce.
"Khusus e-commerce, dari Survei Nielsen, lebih dari satu dari lima konsumen Asia Pasifik [22%] telah membayar untuk buku-buku online, 17 persen telah membayar untuk musik dan 16 persen untuk permainan," beber Ken.
Meskipun di Indonesia e-commerce masih dapat dikatakan baru, menurut Ken, perkembangan ke depan akan semakin bagus. Terlebih penetrasi produk telepon seluler sangat tinggi sehingga masyarakat Indonesia dapat saling terhubung dan semakin tanpa batas.
"Mobile phone sangat potensial di masa depan karena kita sangat sulit untuk menghubungkan ribuan pulau dan ini dapat mendorong perkembangan e-commerce," kata Ken.
Peluangnya ada pada jumah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta yang dimungkinkan untuk terkoneksi satu dan lainnya. Terlebih lagi, lanjut Ken, pengakses internet berjenis kelamin perempuan sering kali hanya menggunakan internet untuk chatting, Facebook, e-mail, Twitter, dan obrolan di jejaring sosial lainnya. Dan itu adalah masalah sekaligus peluang. "Coba pikirkan untuk membangun perusahaan online. Ini sangat potensial," kata Ken.
Namun, Ken juga menyayangkan adanya budaya plagiasi yang masih ditemui di Indonesia. Ken mengatakan bahwa hal itu bukanlah tindakan pintar. "Misalnya Facebook sukses, terus di plagiat di Indonesia dengan bikin social network juga yang serupa, itu nggak smart," kata Ken.
Sedikit solusi dari Ken, jika sudah melihat sesuatu yang sukses di luar negeri, seharusnya dibawa ke Indonesia dengan memodifikasinya menjadi citarasa lokal Indonesia.
"Coba kita hitung potensi bisnisnya, FJB (Forum Jual Beli) Kaskus saja transaksi setiap bulannya 1 juta lebih. Miisalnya setiap transaksi minimal Rp50 ribu, omzetnya Rp57 miliar," ungkap Ken.
• VIVAnews
No comments:
Post a Comment