Indonesia merupakan negara dengan siklus perkembangan ekonomi yang mudah diprediksi.
Kamis, 21 Juli 2011, 00:31 WIB
Syahid Latif, Sukirno
VIVAnews - Managing Director of Economic Recovery and Research DBS Bank, David W Carbon, menilai keberhasilan pembangunan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun terakhir pantas menyandang predikat salah satu kisah paling sukses di Asia Tenggara pada abad 21.
"Bagi investor asing yang berpengalaman, Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia tentunya ideal sebagai tempat investasi," kata David dalam keterangan pers yang diterima VIVAnews.com di Jakarta, Rabu, 20 Juli 2011.
David menjelaskan, Indonesia merupakan negara yang memiliki siklus perkembangan ekonomi yang mudah diprediksi. Satu faktor yang tentunya menarik perhatian investor dunia.
Namun, faktor yang paling penting adalah Indonesia dianggap mampu mengatasi persoalan krisis keuangan global yang melanda beberapa tahun lalu dengan lebih baik dibandingkan negara-negara Asia lainnya.
Hal itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia berupa tingkat konsumsi, produksi industri, dan ekspor yang meningkat.
Lebih jauh, perekonomian Indonesia masa depan diperkirakan sangat terbantu dengan karakter kelas menengah Indonesia yang memberikan kesempatan luas untuk berinvestasi.
”Mereka yang berkembang dengan cepat cenderung muncul dari negara-negara berpendapatan rendah,” kata David.
Pada kuartal pertama tahun ini, DBS mencatat, Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan yang tergambar dari perkembangan produk domestik bruto (PDB) sebesar 7,2 persen atau lebih baik dibandingkan kuartal keempat 2010.
Selain itu, persoalan kenaikan harga barang atau inflasi tidak menjadi masalah yang serius, mengingat inflasi di Tanah Air telah menurun dari 7 persen pada Januari 2011 menjadi 6 persen pada Mei 2011.
Di sisi lain, DBS menemukan bahwa Indonesia telah menunjukkan kenaikan suku bunga hingga 20 poin tahun ini. Diperkirakan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) juga tetap naik antara 20 hingga 25 poin pada akhir tahun ini.
"Meski demikian, pada akhir tahun ini, kebijakan moneter di Asia akan kembali normal," ungkap David.
Dengan berbagai indikator ekonomi itu, DBS optimistis Indonesia bisa merasakan perkembangan industri sebagaimana yang dialami China. Dengan model pertumbuhannya bisa mempekerjakan lebih banyak orang, kemudian menghubungkan industri di Indonesia dengan dunia.
”Penting untuk melakukan apa yang dilakukan China. Namun, secara keseluruhan, Indonesia dan Asia kini sedang memimpin," pungkasnya. (art)
• VIVAnews
No comments:
Post a Comment