Powered By Blogger

Home

Tuesday, 19 July 2011

Pengamat: Ekonomi Indonesia Sudah Autopilot

Artinya, pemerintah tidak perlu melakukan apapun untuk mendorong pertumbuhannya.
Selasa, 19 Juli 2011, 09:35 WIB
Antique, Sukirno

VIVAnews - Pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga tahun depan atau 2012 berkisar antara lima hingga enam persen, meski pemerintah tidak melakukan apapun untuk mendorong pertumbuhannya.

Pengamat ekonomi dari Universitas Gajah Mada, Anggito Abimanyu dan ekonom dari Universitas Indonesia, Faisal Basri menegaskan bahwa arus modal asing atau capital inflow tahun ini hingga 2012 mendatang tetap tinggi.

"Capital inflow 2012 akan lebih besar dari tahun ini. Jadi, Indonesia pakai 'autopilot' tetap tumbuh lima sampai enam persen," kata Ekonom UGM, Anggito Abimanyu, dalam forum market outlook yang diselenggarakan Komunitas Pemerhati Pasar Modal, di Arcadia, Kawasan Senayan, Jakarta.

Menurut data outlook perekonomian Indonesia, lanjut Anggito, dalam performa pertumbuhan positif terakhir, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal pertama 2011 tetap stabil pada angka 6,5 persen (year on year) sehingga diproyeksikan pertumbuhan 2011 dan 2012 dapat mencapai 6,4 hingga 6,7 persen.

Namun, Anggito mengingatkan, yang perlu diwaspadai adalah perekonomian Eropa dan Amerika Serikat yang belum stabil dikhawatirkan berdampak pada Indonesia. "Ekonomi dunia membaik, tetapi perbaikannya tidak seimbang. Jadi di Asia membaik, sedangkan di Eropa dan Amerika masih belum stabil," kata dia.

Saat ini, kata Anggito, ekonomi dunia sedang mengalami re-balancing. Singkatnya, Amerika dan Eropa yang selama ini sebagai eksportir dan memiliki perekonomian stabil kondisinya berbalik. Begitu pula, Asia yang selama ini adalah negara-negara importir.

Ekonom UI, Faisal Basri juga berpendapat bahwa perekonomian Indonesia hingga 2012 mendatang tetap tumbuh meyakinkan, yang diuntungkan oleh situasi ekonomi dunia saat ini.

"Indonesia saat ini seolah-olah hopeless, padahal Indonesia dipandang politiknya stabil, hingga berdampak pada opini investor yang semakin baik," kata dia.

Kestabilan politik yang dimaksud Faisal adalah Indonesia memiliki probabilitas pergantian pimpinan yang sangat kecil, sehingga situasi politik di Indonesia dipandang jauh lebih baik dibandingkan Malaysia dan Thailand. Meskipun demokrasi di Indonesia masih dikatakan pada level 'gosip' dan belum mencapai pada level substansi.

"Tapi percaya saja, politik masih less important dalam mempengaruhi ekonomi," ungkap Faisal.

Untuk itu, Faisal menprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini pasti akan mencapai angka minimal 6,6 persen dengan atau tanpa kerja keras pemerintah jika melihat tren aliran modal, nilai tukar, inflasi, dan faktor lainnya.

Dia menilai, capital inflow yang masuk ke Indonesia semakin berkualitas jika dibandingkan dengan tahun lalu (2010). "Capital Inflow tahun ini sudah tiga banding 3,5, antara portofolio dengan surat utang, itu lebih baik dari 2010," kata Faisal.

Capital Inflow ini, lanjut Faisal, tidak perlu dikhawatirkan akan ditarik dari Indonesia sebagai emerging market, karena Indonesia mempunyai daya tarik sendiri bagi para pemodal asing.

Daya tarik tersebut di antaranya pertama, pendapatan perkapita Indonesia saat ini mencapai US$3.000 atau Rp27 juta per tahun dan kemungkinan menjadi US$4.000 atau Rp36 juta per tahun pada 2012 mendatang.

Kedua, penduduk Indonesia sebagian besar adalah usia produktif dan penduduk usia muda, sehingga rasio beban tanggungan belanja pensiun akan lebih sedikit.

Ketiga, pertumbuhan kelompok kelas menengah yang bergerak naik signifikan sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. Keempat, tahun ini minimal pertumbuhan 6,6 persen, sehingga semakin membuat investor tergiur untuk menanamkan modalnya dan tidak akan menarik capital inflow yang sudah masuk ke Indonesia.

"Itu akan menambah devisa, sekarang kan US$119 miliar, akhir tahun bisa mencapai US$125 miliar sampai US$130 miliar," tuturnya.
• VIVAnews

No comments:

Post a Comment